Langsung ke konten utama

Seni Menegur Anak


“Ikhsan, berhenti naik tangga, sekarang! Mama nggak suka ikhsan nakal!”
Ikhsan, bocah berusia 5 tahun itu tak menggubris teguran mamanya barang sedikitpun. Ia terus saja naik turun naik turun tangga dengan cepatnya. Mamanya nampak frustrasi.
“Dasar anak nakal! Ikhsan nggak punya kuping ya?! Nggak bisa dengar mama, ya?!”
Orangtua sering kali tidak sadar bahwa mereka lebih sering menggunakan ancaman, kata-kata kasar, dan julukan yang buruk bagi anak-anaknya yang berulah. Padahal, cara-cara seperti itu justru akan membuat anak semakin menunjukkan ulahnya yang buruk, bukannya semakin baik.
Lantas bagaimana seni menegur anak yang sebenarnya?
1.      Sampaikan dengan penuh kasih. Ini kuncinya. Memasang wajah sangar justru akan membuat anak semakin senang, karena ia merasa berhasil menarik perhatian orangtuanya. Coba pasang wajah selembut mungkin. Lalu, tegur dengan halus; “Anak sholeh, kok naik meja? Ical kan, anak mama yang paling baik, jadi, tidak naik-naik meja, ya?”. Ungkapan penuh kasih, serta nilai “anak baik” akan membuat anak merasa dihargai, sehingga ia berusaha membuktikan penghargaan itu sebagai anak yang benar-benar baik.
2.      Tidak menyebutkan kesalahannya di depan umum. Ada sebuah kasus terjadi: seorang anak kelas 3 SD sangat rajin mengaji dan ia paling senang adzan di masjid. Ia sering menjadi orang pertama yang datang ke masjid dan mengumandangkan adzan. Tapi, kemudian seorang sesepuh desa menegur dan melarangnya untuk adzan-di depan umum, dengan alasan ia belum disunat (padahal tidak ada dalil yang melarang). Sejak peneguran itu, si anak sama sekali tidak mau ke masjid. Alasannya malu, dan sejak itu kepercayaan dirinya menjadi sangat rendah.
3.      Gunakan kalimat positif. Ketika anak terbiasa mendengarkan komentar-komentar bernada positif dari orangtuanya, ia juga akan belajar untuk menghargai orang lain. Karena ia merasa dihargai, meski ia salah, orangtuanya tetap memberinya kepercayaan bahwa ia anak yang baik. Maka ia akan mengikuti prasangka tersebut.
4.      Jangan ungkit-ungkit kesalahannya yang telah lalu. Anak mana yang senang jika kesalahannya yang telah lalu diungkit kembali? Tentu tidak ada yang senang. Anda bisa menggunakan kata “jika” dan “maka” untuk menegurnya. Misalnya,”jika kamu naik meja, maka meja akan patah dan kamu terjatuh. Ibu akan sangat sedih melihatmu terluka”. Tidak perlu ingatkan dengan; “dulu kamu bandel, kamu naik-naik meja dan mejanya patah, lalu kamu menangis karena jatuh”. Bandingkan 2 statement tersebut. Mana yang lebih nyaman didengar?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN OBSERVASI ANAK TUNADAKSA

LAPORAN HASIL OBSERVASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS   (TUNA DAKSA) Mata Kuliah       : Pendidikan Inklusi Dosen               : Dedi Mulia,M.Pd Nama Anggota:                                     Farhana Nursyamsi U              (2227150138)                                     Hanifah Dwi Anggrayni          (2227141486)                 ...

BILANGAN DAN LAMBANGNYA SERTA PEMBELAJARANNYA DI SD

MODUL 2 BILANGAN CACAH Kegiatan Belajar 1 Bilangan dan lambangnya serta pembelajarannya di SD A.     BILANGAN DAN LAMBANGNYA Dalam proses pembelajaran pokok bahasan bilangan dan lambangnya, hendaknya disiapkan media kertas atau bilangan masing – masing bertuliskan lambang bilangan seperti : 1, 10, 100, 1000, 10.000, 100.000. misalnya dalam sub pokok bahasan mengenal bilangan 100.001 – 500.000, langkah – langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut. 1.       Guru menjelaskan ulang nilai tempat yang ditempati oleh angka – angka suatu lambang bilangan yang terdiri dari 5 angka, dengan pertolongan kartu bilangan 1, 10, 100, 1000, 10.000, 100.000. 2.       Mengulang membaca dan menulis lambang bilangan yang terdiri dari 5 angka, misalnya guru menulis di papan tulis beberapa lambing bilangan 5 angka, siswa disuruh menulis nama bilangannya . 3.       Guru menjelaskan bahwa 1...

KEARIFAN LOKAL MITOS NYI RORO KIDUL VERSI BANTEN KIDUL

SEBAGAI SIMBOL KEARIFAN LOKAL : NYI RORO KIDUL VERSI BANTEN KIDUL Indonesia merupakan Negara yang paling kaya dalam segi budaya, Indonesia mempunyai banyak suku, etnis, ras dan bermacam – macam agama tetapi tetap satu jua dalam Bhineka Tunggal Ika. Provinsi Banten memiliki segudang kearifan lokal, baik wisata alam pegunungan, pantai maupun wisata tempat - tempat bersejarah. Di antaranya yang berkaitan dengan peninggalan Kesultanan Banten, seperti Benteng Spelwijk, Mesjid Agung, Banten Lama, Keraton Surosowan, Keraton Kaibon, maupun Vihara Avalokitesvara. Tak kalah menariknya adalah mitos – mitos yang berada di Banten salah satunya adalah mitos Si Ratu Pantai Selatan “Nyi Roro Kidul”.       Masyarakat sunda mengenal legenda mengenai penguasa spiritual kawasan Laut Selatan Jawa Barat yang berwujud perempuan cantik yang disebut Nyi Roro Kidul. Legenda yang berasal dari kerajaan sunda pajajaran berumur lebih tua daripada legenda kerajaan Mataram Islam d...