MAKALAH NEOPOSTIVISME
Disusun
oleh:
1. Aat
Atiyaturrohmah (2227140855)
2. Fazri
Yulianto (2227141618)
3. Hanifah
Dwi Anggrayni (2227141486)
Kelas : PGSD 3C
Kelompok
: 10
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
KATA
PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang lagi maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan Puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat hidayah, dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah FILSAFAT dan
pembahasannya. Dapat terselesaikan pada waktunya. Bahasan kali ini mengupas mengenai “NEO-POSITIVISME”.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untukitu kami tidak lupa berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya kami memohon maaf apabila dalam
penyusunan makalah ini terdapat kekurangan, untuk itu kami sangat terbuka
terhadap berbagai kritikan sebagai bentuk penyempurna makalah ini. Semoga
kedepan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan ajar mata kuliah PendidikanInklusi
jurusan PGSD.
Serang, 04 November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah..................................................................................... 1
1.3
Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
1.4
Manfaat penulisan.................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Neo-positivisme....................................................................... 3
2.2
Teori
Aliran Neo-Positivisme dalam Kajian Pendidikan........................... 6
2.3
Perkembangan Aliran Neo-Positivisme..................................................... 6
2.4
Ciri-ciri
Aliran Neo-Positivisme................................................................. 7
BAB III PENUTUP
4.1........ Kesimpulan............................................................................................ 8
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................................... 9
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Filsafat secara
etimologi berasal dari bahasa Yunani philosophia.Philos artinya suka, cinta
atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sophia artinya kesederhanaan.Dengan
demikian secara sederhana filsafat dapat diartikan cinta atau kecenderungan
pada kebijaksanaan.
Plato memiliki berbagai gagasan tentang
filsafat. Antara lain Plato pernah mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Selain itu ia
juga mengatakan bahwa filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan
asas-asas yang paling akhir dari segala yang ada.
Falsafah itu adalah
ciptaan dari manusia, sebagai satu kesatuan tetap dalam falsafah ini.Maka
tenaga dan pikiran yang ada pada manusia itulah yang mengambil inisiatip dan
mempunyai peranan utama. Tetapi dalam hal ini bukanlah semata-mata fikiran itu
saja yang bertindak, sebab yang bertindak itu tetap manusia itu sebagai satu
kesatuan, yang berfalsafah itu adalah manusia bukan fikiran, dan dengan
falsafah manusia akan berusaha mencapai tujuan yang telah ditentukannya. Maka dengan
demikian falsafah itu adalah khayalan, mainan fikiran saja dan akan tidak
mungkin membuahkan hasil yang nyata bagi manusia itu.
Falsafah itu tidak
hanya sebagai semboyan saja tanpa penyelidikan/pembahasan yang sungguh-sungguh,
filsafat menggunakan rasio sebagai alat untuk tujuan kebahagiaan manusia dan
bukanlah manusia yang diperalat oleh rasio.Sebagaimana dikatakan bahwa filsafat
dalam usahanya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang diajukan
harus memperhatikan hasil-hasil ilmu pengetahuan.Ilmu pengetahuan dalam
usahanya menemukan rahasia alam kodrat tersebut. Filsafat mempersoalkan
istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di
luar tujuan dan metoda ilmu pengetahuan. Bahkan filsafat dalam menyelidiki sesuatu
tanpa batas sampai ke akar-akarnya. Dalam dunia filsafat timbul berbagai
aliran, seiring zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman, salah
satunya apa yang dikenal dengan filsafat Neo-Positivisme.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan Neo-positivisme?
2. Bagaimana
fase perkembangan alam pikiran manusia?
3.
Apa maksud dari Teori Aliran
Neo-Positivisme dalam Kajian Pendidikan?
4.
Bagaimana Perkembangan Aliran Neo-Positivisme?
5.
Apa saja ciri-ciri Aliran
Neo-Positivisme?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Neo-positivisme.
2. Untuk
mengetahui fase perkembangan alam pikiran manusia.
3. Untuk
mengetahui teori aliran neo-positivisme dalam kajian pendidikan.
4. Untuk
mengetahui perkembangan aliran neo-positivisme.
5. Untuk
mengetahui ciri-ciri aliran neo-positivisme.
1.4 Manfaat
Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini
yakni untuk memberikan informasi dan pemahaman konseptual mengenai
Neo-positivisme.
‘
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Neo-positivisme
Neo-positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menekankan
pada suatu hal yang dapat dibuktikan kebenarannya, jadi setiap pernyataan harus
ada pembuktiannya, beralasan dan berdasarkan pengalaman sehingga pernyataan
tersebut dapat dikatakan benar, salah atau tidak memiliki arti.Aliran
neo-positifisme menumbuhkan pengetahuan dengan ilmu alam dan menyerahkan
pertanyaan-pertanyaan tentang makna untuk dianalisis oleh filsafat.
Aliran
ini dapat dikatakan sebagai aliran empiris logika, yang artinya berpikir dengan
kenyataan dan fakta yang akurat yang benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata
berdasarkan pegalaman. Atau bisa dikatakan neo-positivisme adalah aliran yang
berpangkal dari apa yang telah diketahui, aktual, dan positif. Karena itu,
dalam aliran ini juga berpendapat bahwa filsafat harus dapat memberikan
kriteria yang ketat untuk menetapkan apakah sebuah pernyataan adalah benar,
salah atau tidak memiliki arti sama sekali.
Sosok
yang sangat berperan dalam aliran neo-positivisme adalah August Comte dimana
dia adalah penggagas dari aliran Positivisme, yaitu sebuah aliran
filsafat Barat yang timbul pada abad XIX dan merupakan kelanjutan dari
empirisme.
Neo-positivisme
memiliki dua akar utama, yaitu:
1. Reaksi
terhadap aliran metafisika. Neo-positivisme menolak aktifitas yang berkenaan dengan
metafisik. Aliran ini lebih mengacu kepada hal-hal yang dapat dibuktikan secara
empiris.
2. Neo-positivisme
terletak dalam perkembangan ilmu pasti dan ilmu alam modern.
August
Comte membagi perkembangan pemikiran manusia ke dalam tiga tahap, yaitu:
1.
Tahap Teologi. Teologi berasal dari kata
“theos” yang berarti ‘Tuhan’ dan “logia” yang berarti ‘ucapan’. Yang dimaksud
dalam tahap ini adalah tingkat pemikiran manusia menganggap bahwa semua gejala
di dunia ini disebabkan oleh hal-hal supernatural. Cara pandang seperti ini
tidak dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Comte membagi tahap ini menjadi
tiga periode, yaitu fetisisme (percaya pada kekuatan benda-benda), politeisme
(percaya pada banyak dewa), dan monoteisme (percaya pada satu kekuatan
tertinggi).
2.
Tahap Metafisik atau
dapat disebut juga tahap transisi dari tahap teologi ke tahap positif. Pada
tahap ini manusia menganggap bahwa di dalam setiap gejala terdapat
kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan
(ditemukan dengan akal budi). Namun disini belum adanya verifikasi.
3. Tahap Positif atau tahap dimana manusia mulai berpikir secara
ilmiah. Ditahap ini gejala alam dijalaskan secara empiris namun tidak mutlak. Pada
tahap ini menerangkan bahwa fakta-fakta yang khusus dihubungkan dengan suatu
fakta umum.
Lingkaran Wina (Vienna Circle)
adalah tonggak monument sejarah bagi para filsuf yang ingin membentuk ‘unified
science’, yang mempunyai program untuk menjadikan metode-metode yang berlaku
dalam ilmu pasti-alam sebagai metode pendekatan dan penelitian ilmu-ilmu
kemanusiaan, termasuk di dalamnya filsafat.Gerakan para filsuf dalam lingkaran
Wina ini disebut oleh sejarah pemikiran sebagai positivism-logik.Secara umum,
para penganut paham positivism memiliki minat yang kuat terhadap sains dan
mempunyai sikap skeptis (memandang sesuatu selalu tidak pasti, meragukan,
mencurigakan) terhadap ilmu agama dan hal-hal yang berbau metafisika.Mereka
meyakini bahwa semua ilmu pengetahuan haruslah berdasarkan inferensi logis yang
berdasarkan fakta yang jelas.Sehingga penganut paham ini mendukung teori-teori
realism, materialism, naturalism, filsafat dan empirisme.Salah satu teori
neo-positivisme atau positivism logis yang paling dikenal adalah tentang makna
yang dapat dibuktikan, yang menyatakan bahwa sebuah pernyataan dapat disebut
bermakna jika dan hanya jika pernyataan tersebut dapat diverifikasi secara
empiris.
Pada dasarnya, neo-positivisme
berpandangan bahwa segala sesuatu hal dapat dibuktikan dengan pengamatan atau
pada analisis definisi dan relasi antara istilah-istilah.August Comte
berpendapat bahwa positivisme
adalah puncak dalam perkembangan pemikiran manusia.
Terdapat tiga tahap perkembangan dalam aliran neo-positivisme ini, yaitu: pertama,
positivisme mengarahkan pengetahuannya hanya kepada hal-hal yang bersifat
positivistik obyektif .Kedua, pengetahuan sudah menggunakan sudut
pandang psikologi yang subyektif.Ketiga, penganut neo-positivisme
menggabungkan sejumlah aliran seperti otomisme logis dan semantika dalam
positivisme logis.Otomisme logis adalah filsafat alam yang
berpandangan bahwa dunia alami terdiri dari dua
benda yang mendasar, saling berlawanan, dan tidak dapat dibagi yaitu atom dan kehampaan. Semantika
adalah pembelajaran
tentang makna. Semantik biasanya
dikaitkan dengan dua aspek lain, yaitu: sintaksis, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih
sederhana, serta pragmatika, penggunaan praktis simbol oleh komunitas pada konteks
tertentu.
Neo-positivisme
adalah suatu pergerakan dengan “anti” dan “pro”.Dia “anti” terhadap segala hal
yang bersifat metafisis yang menurut aliran metafisis ini tujuan ilmu adalah
belajar mengenal dunia.Dia “pro” terhadap filsafat sebagai metode keilmuan yang
teliti dan menghasilkan pengetahuan.Menurut pendapat positivism tujuan ilmu
mengkonstruksi suatu konsep agar manusia dapat berorientasi dalam dunia
pengalamannya.Dalam aliran neo-positivisme ini, August Comte
mengusahakan adanya re-organize masyarakat yang dicapai melalui science.Sains
dari manapun asalnya menghasilkan ramalan, dan ramalan dari manapun asalnya
menghasilkan perbuatan (action), begitu ungkapan August Comte dalam merumuskan
teorinya mengenai sains.Positivisme mengandung pengertian bahwa segala
pengetahuan kemasyarakatan harus berdasarkan pada segalanya yang dapat di
observasi berdasarkan fakta-fakta real dan diuji secara metodelogi.Sementara
neo-positivisme atau biasa disebut positivisme logis, Merupakan kelanjutan dan
penegasan terhadap aliran positivisme.Neo-positivisme mengusahakan adanya
keketatan dalam ilmu pengetahuan dan menerapkan prinsip-prinsip metodologi
saintifik kesegala bidang keilmuan termasuk filsafat. Neo-positivisme menuntut
adanya kepastian metodologis dengan alat bantu kalkulasi matematik dan
statistik. Prinsip utama aliran neo-positivisme menyatakan bahwa fakta-fakta
yang dapat diobservasi adalah syarat bagi dimungkinkannya
pengetahuan.Fakta-fakta tersebut harus teruji melalui rasionalitas dengan
metode matematis dan logico-linguistik.Filsafat positivism menggunakan metode
pengamatan, percobaan, dan perbandingan, kecuali dalam menghadapi gejala dalam
fisika sosial, digunakan metode sejarah.metode ilmiah adalah pendekatan yang
tepat untuk mengungkap proses baik peristiwa yang terkait masalah fisik dan
manusia.
Menurut A.Comte, jiwa dan budi
adalah basis dari teraturnya masyarakat. Sekarang ini sudah masa nya harus
hidup dengan pengabdian ilmu yang positif yaitu matematika, fisika, biologi,
dan ilmu kemasyarakatan.Karena itu, jiwa dan budi haruslah mendapatkan
pendidikan yang cukup dan matang, agar dalam pengabdian nya dapat menciptakan
generasi-generasi yang memiliki ilmu positif.Ajaran pokok dalam aliran
neo-positivisme ini sangat berpengaruh pada system pendidikan saat
ini.Pendidikan dalam neo-positivisme menekankan pentingnya metode
empiris-eksperimental dan menuntut adanya objektivitas dalam setiap kajian
nya.Objektivitas adalah sasaran pendidikan yang diajukan guna menekan
subjektivitas, objektivitas dalam aliran ini berkaitan dengan alam, manusia,
kemudian dengan Tuhan.Pendidikan harus mampu menjadi sarana bagi dijalankannya
metode saintifik atau yang sering disebut dengan metode ilmiah.Tujuan
pendidikan yang berdasarkan neo-positivisme ini adalah memperoleh pengetahuan
yang utuh dan sejati melalu metode ilmiah dan verifikasi.
Aliran ini sangat mendominasi system
pendidikan yang sedang berjalan saat ini.Karena ilmu pengetahuan alam dan ilmu
pengetahuan sosial selalu memakai metode ilmiah dalam memahami realitas.Melalui
metode ilmiah ini, kebenaran dapat tercapai.Namun kebenaran yang dimaksud dalam
aliran ini adalah kebenaran tentatif yang artinya dapat gugur jika ditemukan
kebenaran yang lebih tetap atau akurat.Pendidikan neo-positivisme selalu
menuntut adanya pengujian secara matematis.
Seperti halnya kurikulum saat ini
yaitu kurikulum 2013.Dapat kita lihat, sebenarnya pendidikan masa kini
berpedoman kepada aliran neo-positivisme. Dimana dalam kurikulum ini terdapat
pendekatan saintifik, yang artinya proses pembelajran dirancang sedemikian rupa
agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah,
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data
dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ‘ditemukan’. Proses
pembelajaran yang seperti inilah yang memiliki kesamaan prinsip dengan aliran
neo-postivisme. Dimana aliran ini mengutamakan metode ilmiah atau metode
saintifik untuk menemukan atau membuktikan teorema-teorema yang terjadi di
alam.
Dalam aliran neo-positivisme ini
selalu mengutamakan logika dalam mencari pengetahuan baru atau membuktikan
sesuatu.Demikian juga dalam pendidikan masa kini yang harus selalu memakai
logika yang positive untuk memecahkan masalah, menemukan pengetahuan baru serta
membuktikan dan mengembangkan pengetahuan yang sudah ada sejak dulu.Jadi pada
intinya pendidikan saat ini memakai prinsip-prinsip atau pokok-pokok ajaran
yang terdapat dalam aliran filsafat neo-positivisme.
B.
Teori Aliran Neo-Positivisme dalam
Kajian Pendidikan
Filsafat dalam pendidikan menjadi
sandaran atau tolak ukur intelekt dalam membantu pemikiran mereka menghadapi
pertarungan filsafat umum yang menguasai dunia pendidikan.Filsafat juga dapat
menjadi asas dalam penilaian pendidikan yang mencakup segala usaha dan kegiatan
sekolah dan satuan pendidikan.Filsafat neo-positivisme berfungsi untuk membantu
guru dalam pendalaman pemikiran pada saat melakukan penyusunan kurikulum,
proses pembelajaran dan pendidikan anak muridnya.Penyusunan kurikulum juga
disesuaikan dengan aspek spiritual, sosial, ekonomi, budaya dalam berbagai
bidang kehidupan, yang bertujuan menciptakan manusia yang sempurna baik lahir
maupun batinnya.Neo-positivisme menanamkan dasar untuk ilmu pengetahuan.
C.
Perkembangan
Aliran Neo-Positivisme
Aliran neo-positivisme telah dikenal sejak Yunani
Kuno, terminologi positivisme dicetuskan oleh salah satu pendiri ilmu
sosiologis yaitu Auguste Comte, yang percaya bahwa alam pikiran manusia melalui
tiga fase yaitu teologi, metadisik, dan ilmiah pada pertengahan abad ke-19.
Positivisme berpangkal pada pandangan Immanuel Kant bahwa manusia tidak dapat
mengetahui fakta melalui pengetahuan.Positivisme lahir dari konflik yang
terjadi antara pemikir yang mengkontruksikan dunia dari berbagai konsep dan ide
dan pemikir yang menitikberatkan pada materi atas ide.
Peserta didik dilatih berpikir reduksionis, yaitu
berupaya memahami fenomena alam dan sosial dengan menguraikan bagian-bagian
yang sudah dikenali sebelumnya.Ilmu pengetahuan dibagi berbagai kelompok dan
dispilin ilmmu, yang membuat pesera didik menjadi berpikir untuk sutau cabang
pengetahuan.Kemampuan intelektual peserta didik diasah setajam mungkin tanpa
menyeimbangkan dengan kemampuan spiritual.
Positivisme menjelaskan pengetahuan ilmiah berkenaan
dengan tiga komponen yaitu: bahasa teoritis, bahasa observational, dan
kaidah-kaidah korespondensi. Dalam aliran ini menegaskan hanya bahasa
observational yang menyatakan informasi faktual, sedangkan dalam bahasa
teoritis pernyataan-pernyataan diterjemahkan kedalam bahasa observational
dengan kaidah-kaidah korespondensi.Dalam perkembangannya, positivisme mengalami
perubahan sehingga muncullah aliran pemikiran positivisme logis atau disebut
juga empirisme logis, empirisme rasional, dan juga neo-positivisme, yang
merupakan sebuah filsafat yang berasal dari lingkaran Wina pada tahun 1920-an.
Lingkaran wina merupakan kelompok neo-positivisme yang melanjutkan positivisme.
D.
Ciri-ciri Aliran Neo-Positivisme
v Objektif/bebas nilai: peniliti mengambil jarak melalui
fakta-fakta yang teramati terukur, maka pengetahuan kita tersusun dan menjadi
cermin dari realitas (korespondensi).
v Fenomenalisme : Ilmu pengetahuan hanya berbicara tentang
realitas berupa impresi-impresi tersebut.
v Nominalisme : bagi positivisme hanya konsep yang mewakili
realitas partikularlah yang nyata.
v Reduksionisme : realitas direduksi menjadi fakta-fakta yang
dapat diamati.
v Naturalisme : keteraturan peristiwa-peristiwa di alam
semesta yang meniadakan penjelasan supranatural
v Mekanisme : semua gejala dapat dijelaskan dengan
prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk menjelaskan mesin-mesin (sistem-sistem
mekanis).
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Neo-positivisme adalah suatu aliran dalam
filsafat yang berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang aktual dan
positif. Kaum neo-positivisme memiliki
kesamaan dengan kaum empiris.
Menurut Comte bahwa
perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam 3 fase yaitu:
a.
Fase Ideologi
b.
Fase Metafisika dan
c.
Fase Positif
Ciri-ciri
Aliran Neo-Positivisme
v Objektif/bebas nilai: peniliti mengambil jarak melalui
fakta-fakta yang teramati terukur, maka pengetahuan kita tersusun dan menjadi
cermin dari realitas (korespondensi).
v Fenomenalisme : Ilmu pengetahuan hanya berbicara tentang
realitas berupa impresi-impresi tersebut.
v Nominalisme : bagi positivisme hanya konsep yang mewakili realitas
partikularlah yang nyata.
v Reduksionisme : realitas direduksi menjadi fakta-fakta yang
dapat diamati.
Naturalisme : keteraturan peristiwa-peristiwa di alam
semesta yang meniadakan penjelasan supranatural
Mekanisme
: semua gejala dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip yang dapat digunakan
untuk menjelaskan mesin-mesin (sistem-sistem mekanis).
DAFTAR PUSTAKA
http://niarosdiana79.blogspot.co.id/2014/12/tugas-artikel-filsafat-pendidikan.html
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CCgQFjACahUKEwj5zIexpfbIAhVGE5QKHRPyBKA&url=http%3A%2F%2Fjimmysimamora.blogspot.com%2F2011%2F06%2Fneo-positivisme-dan-perkembangannya.html&usg=AFQjCNFlqbYQ31RoOidvRcrH2bPeF5tfEQ
Komentar
Posting Komentar