Langsung ke konten utama

MAKALAH FILSAFAT NEOPOSITIVISME

                                                            MAKALAH NEOPOSTIVISME


Disusun oleh:
1.      Aat Atiyaturrohmah    (2227140855)
2.      Fazri Yulianto             (2227141618)
3.      Hanifah Dwi Anggrayni (2227141486)
Kelas         : PGSD 3C
Kelompok : 10



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang lagi maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan Puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat hidayah, dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah FILSAFAT dan pembahasannya. Dapat terselesaikan pada waktunya. Bahasan kali ini mengupas mengenai “NEO-POSITIVISME”.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untukitu kami tidak lupa berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya kami memohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan, untuk itu kami sangat terbuka terhadap berbagai kritikan sebagai bentuk penyempurna makalah ini. Semoga kedepan makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan ajar mata kuliah PendidikanInklusi jurusan PGSD.



Serang,  04 November 2015


Penyusun



DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
BAB I     PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang Masalah........................................................................... 1
1.2              Rumusan Masalah..................................................................................... 1
1.3              Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
1.4              Manfaat penulisan.................................................................................... 2
BAB II  PEMBAHASAN
2.1       Pengertian Neo-positivisme....................................................................... 3
2.2           Teori Aliran Neo-Positivisme dalam Kajian Pendidikan........................... 6
2.3           Perkembangan Aliran Neo-Positivisme..................................................... 6
2.4           Ciri-ciri Aliran Neo-Positivisme................................................................. 7
BAB III PENUTUP                                                                                  
4.1........ Kesimpulan............................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 9













BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yunani philosophia.Philos artinya suka, cinta atau kecenderungan pada sesuatu, sedangkan Sophia artinya kesederhanaan.Dengan demikian secara sederhana filsafat dapat diartikan cinta atau kecenderungan pada kebijaksanaan.
Plato memiliki berbagai gagasan tentang filsafat. Antara lain Plato pernah mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Selain itu ia juga mengatakan bahwa filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala yang ada.
Falsafah itu adalah ciptaan dari manusia, sebagai satu kesatuan tetap dalam falsafah ini.Maka tenaga dan pikiran yang ada pada manusia itulah yang mengambil inisiatip dan mempunyai peranan utama. Tetapi dalam hal ini bukanlah semata-mata fikiran itu saja yang bertindak, sebab yang bertindak itu tetap manusia itu sebagai satu kesatuan, yang berfalsafah itu adalah manusia bukan fikiran, dan dengan falsafah manusia akan berusaha mencapai tujuan yang telah ditentukannya. Maka dengan demikian falsafah itu adalah khayalan, mainan fikiran saja dan akan tidak mungkin membuahkan hasil yang nyata bagi manusia itu.
Falsafah itu tidak hanya sebagai semboyan saja tanpa penyelidikan/pembahasan yang sungguh-sungguh, filsafat menggunakan rasio sebagai alat untuk tujuan kebahagiaan manusia dan bukanlah manusia yang diperalat oleh rasio.Sebagaimana dikatakan bahwa filsafat dalam usahanya mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok yang diajukan harus memperhatikan hasil-hasil ilmu pengetahuan.Ilmu pengetahuan dalam usahanya menemukan rahasia alam kodrat tersebut. Filsafat mempersoalkan istilah-istilah terpokok dari ilmu pengetahuan dengan suatu cara yang berada di luar tujuan dan metoda ilmu pengetahuan. Bahkan filsafat dalam menyelidiki sesuatu tanpa batas sampai ke akar-akarnya. Dalam dunia filsafat timbul berbagai aliran, seiring zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman, salah satunya apa yang dikenal dengan filsafat Neo-Positivisme.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan Neo-positivisme?
2.      Bagaimana fase perkembangan alam pikiran manusia?
3.      Apa maksud dari Teori Aliran Neo-Positivisme dalam Kajian Pendidikan?
4.      Bagaimana Perkembangan Aliran Neo-Positivisme?
5.      Apa saja ciri-ciri Aliran Neo-Positivisme?



1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Neo-positivisme.
2.      Untuk mengetahui fase perkembangan alam pikiran manusia.
3.      Untuk mengetahui teori aliran neo-positivisme dalam kajian pendidikan.
4.      Untuk mengetahui perkembangan aliran neo-positivisme.
5.      Untuk mengetahui ciri-ciri aliran neo-positivisme.

1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini yakni untuk memberikan informasi dan pemahaman konseptual mengenai Neo-positivisme.




























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Neo-positivisme
Neo-positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menekankan pada suatu hal yang dapat dibuktikan kebenarannya, jadi setiap pernyataan harus ada pembuktiannya, beralasan dan berdasarkan pengalaman sehingga pernyataan tersebut dapat dikatakan benar, salah atau tidak memiliki arti.Aliran neo-positifisme menumbuhkan pengetahuan dengan ilmu alam dan menyerahkan pertanyaan-pertanyaan tentang makna untuk dianalisis oleh filsafat.
Aliran ini dapat dikatakan sebagai aliran empiris logika, yang artinya berpikir dengan kenyataan dan fakta yang akurat yang benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata berdasarkan pegalaman. Atau bisa dikatakan neo-positivisme adalah aliran yang berpangkal dari apa yang telah diketahui, aktual, dan positif. Karena itu, dalam aliran ini juga berpendapat bahwa filsafat harus dapat memberikan kriteria yang ketat untuk menetapkan apakah sebuah pernyataan adalah benar, salah atau tidak memiliki arti sama sekali.
Sosok yang sangat berperan dalam aliran neo-positivisme adalah August Comte dimana dia adalah penggagas dari aliran Positivisme, yaitu sebuah aliran filsafat Barat yang timbul pada abad XIX dan merupakan kelanjutan dari empirisme.
Neo-positivisme memiliki dua akar utama, yaitu:
1.      Reaksi terhadap aliran metafisika. Neo-positivisme menolak aktifitas yang berkenaan dengan metafisik. Aliran ini lebih mengacu kepada hal-hal yang dapat dibuktikan secara empiris.
2.      Neo-positivisme terletak dalam perkembangan ilmu pasti dan ilmu alam modern.
August Comte membagi perkembangan pemikiran manusia ke dalam tiga tahap, yaitu:
1.      Tahap Teologi. Teologi berasal dari kata “theos” yang berarti ‘Tuhan’ dan “logia” yang berarti ‘ucapan’. Yang dimaksud dalam tahap ini adalah tingkat pemikiran manusia menganggap bahwa semua gejala di dunia ini disebabkan oleh hal-hal supernatural. Cara pandang seperti ini tidak dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Comte membagi tahap ini menjadi tiga periode, yaitu fetisisme (percaya pada kekuatan benda-benda), politeisme (percaya pada banyak dewa), dan monoteisme (percaya pada satu kekuatan tertinggi).
2.      Tahap Metafisik atau dapat disebut juga tahap transisi dari tahap teologi ke tahap positif. Pada tahap ini manusia menganggap bahwa di dalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan (ditemukan dengan akal budi). Namun disini belum adanya verifikasi.
3.      Tahap Positif atau tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah. Ditahap ini gejala alam dijalaskan secara empiris namun tidak mutlak. Pada tahap ini menerangkan bahwa fakta-fakta yang khusus dihubungkan dengan suatu fakta umum.
            Lingkaran Wina (Vienna Circle) adalah tonggak monument sejarah bagi para filsuf yang ingin membentuk ‘unified science’, yang mempunyai program untuk menjadikan metode-metode yang berlaku dalam ilmu pasti-alam sebagai metode pendekatan dan penelitian ilmu-ilmu kemanusiaan, termasuk di dalamnya filsafat.Gerakan para filsuf dalam lingkaran Wina ini disebut oleh sejarah pemikiran sebagai positivism-logik.Secara umum, para penganut paham positivism memiliki minat yang kuat terhadap sains dan mempunyai sikap skeptis (memandang sesuatu selalu tidak pasti, meragukan, mencurigakan) terhadap ilmu agama dan hal-hal yang berbau metafisika.Mereka meyakini bahwa semua ilmu pengetahuan haruslah berdasarkan inferensi logis yang berdasarkan fakta yang jelas.Sehingga penganut paham ini mendukung teori-teori realism, materialism, naturalism, filsafat dan empirisme.Salah satu teori neo-positivisme atau positivism logis yang paling dikenal adalah tentang makna yang dapat dibuktikan, yang menyatakan bahwa sebuah pernyataan dapat disebut bermakna jika dan hanya jika pernyataan tersebut dapat diverifikasi secara empiris.
            Pada dasarnya, neo-positivisme berpandangan bahwa segala sesuatu hal dapat dibuktikan dengan pengamatan atau pada analisis definisi dan relasi antara istilah-istilah.August Comte berpendapat bahwa positivisme adalah puncak dalam perkembangan pemikiran manusia. Terdapat tiga tahap perkembangan dalam aliran neo-positivisme ini, yaitu: pertama, positivisme mengarahkan pengetahuannya hanya kepada hal-hal yang bersifat positivistik obyektif .Kedua, pengetahuan sudah menggunakan sudut pandang psikologi yang subyektif.Ketiga, penganut neo-positivisme menggabungkan sejumlah aliran seperti otomisme logis dan semantika dalam positivisme logis.Otomisme logis adalah filsafat alam yang berpandangan bahwa dunia alami terdiri dari dua benda yang mendasar, saling berlawanan, dan tidak dapat dibagi yaitu atom dan kehampaan. Semantika adalah pembelajaran tentang makna. Semantik biasanya dikaitkan dengan dua aspek lain, yaitu: sintaksis, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, serta pragmatika, penggunaan praktis simbol oleh komunitas pada konteks tertentu.
            Neo-positivisme adalah suatu pergerakan dengan “anti” dan “pro”.Dia “anti” terhadap segala hal yang bersifat metafisis yang menurut aliran metafisis ini tujuan ilmu adalah belajar mengenal dunia.Dia “pro” terhadap filsafat sebagai metode keilmuan yang teliti dan menghasilkan pengetahuan.Menurut pendapat positivism tujuan ilmu mengkonstruksi suatu konsep agar manusia dapat berorientasi dalam dunia pengalamannya.Dalam aliran neo-positivisme ini, August Comte mengusahakan adanya re-organize masyarakat yang dicapai melalui science.Sains dari manapun asalnya menghasilkan ramalan, dan ramalan dari manapun asalnya menghasilkan perbuatan (action), begitu ungkapan August Comte dalam merumuskan teorinya mengenai sains.Positivisme mengandung pengertian bahwa segala pengetahuan kemasyarakatan harus berdasarkan pada segalanya yang dapat di observasi berdasarkan fakta-fakta real dan diuji secara metodelogi.Sementara neo-positivisme atau biasa disebut positivisme logis, Merupakan kelanjutan dan penegasan terhadap aliran positivisme.Neo-positivisme mengusahakan adanya keketatan dalam ilmu pengetahuan dan menerapkan prinsip-prinsip metodologi saintifik kesegala bidang keilmuan termasuk filsafat. Neo-positivisme menuntut adanya kepastian metodologis dengan alat bantu kalkulasi matematik dan statistik. Prinsip utama aliran neo-positivisme menyatakan bahwa fakta-fakta yang dapat diobservasi adalah syarat bagi dimungkinkannya pengetahuan.Fakta-fakta tersebut harus teruji melalui rasionalitas dengan metode matematis dan logico-linguistik.Filsafat positivism menggunakan metode pengamatan, percobaan, dan perbandingan, kecuali dalam menghadapi gejala dalam fisika sosial, digunakan metode sejarah.metode ilmiah adalah pendekatan yang tepat untuk mengungkap proses baik peristiwa yang terkait masalah fisik dan manusia.
            Menurut A.Comte, jiwa dan budi adalah basis dari teraturnya masyarakat. Sekarang ini sudah masa nya harus hidup dengan pengabdian ilmu yang positif yaitu matematika, fisika, biologi, dan ilmu kemasyarakatan.Karena itu, jiwa dan budi haruslah mendapatkan pendidikan yang cukup dan matang, agar dalam pengabdian nya dapat menciptakan generasi-generasi yang memiliki ilmu positif.Ajaran pokok dalam aliran neo-positivisme ini sangat berpengaruh pada system pendidikan saat ini.Pendidikan dalam neo-positivisme menekankan pentingnya metode empiris-eksperimental dan menuntut adanya objektivitas dalam setiap kajian nya.Objektivitas adalah sasaran pendidikan yang diajukan guna menekan subjektivitas, objektivitas dalam aliran ini berkaitan dengan alam, manusia, kemudian dengan Tuhan.Pendidikan harus mampu menjadi sarana bagi dijalankannya metode saintifik atau yang sering disebut dengan metode ilmiah.Tujuan pendidikan yang berdasarkan neo-positivisme ini adalah memperoleh pengetahuan yang utuh dan sejati melalu metode ilmiah dan verifikasi.
            Aliran ini sangat mendominasi system pendidikan yang sedang berjalan saat ini.Karena ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial selalu memakai metode ilmiah dalam memahami realitas.Melalui metode ilmiah ini, kebenaran dapat tercapai.Namun kebenaran yang dimaksud dalam aliran ini adalah kebenaran tentatif yang artinya dapat gugur jika ditemukan kebenaran yang lebih tetap atau akurat.Pendidikan neo-positivisme selalu menuntut adanya pengujian secara matematis.
            Seperti halnya kurikulum saat ini yaitu kurikulum 2013.Dapat kita lihat, sebenarnya pendidikan masa kini berpedoman kepada aliran neo-positivisme. Dimana dalam kurikulum ini terdapat pendekatan saintifik, yang artinya proses pembelajran dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ‘ditemukan’. Proses pembelajaran yang seperti inilah yang memiliki kesamaan prinsip dengan aliran neo-postivisme. Dimana aliran ini mengutamakan metode ilmiah atau metode saintifik untuk menemukan atau membuktikan teorema-teorema yang terjadi di alam.
            Dalam aliran neo-positivisme ini selalu mengutamakan logika dalam mencari pengetahuan baru atau membuktikan sesuatu.Demikian juga dalam pendidikan masa kini yang harus selalu memakai logika yang positive untuk memecahkan masalah, menemukan pengetahuan baru serta membuktikan dan mengembangkan pengetahuan yang sudah ada sejak dulu.Jadi pada intinya pendidikan saat ini memakai prinsip-prinsip atau pokok-pokok ajaran yang terdapat dalam aliran filsafat neo-positivisme.
B.     Teori Aliran Neo-Positivisme dalam Kajian Pendidikan

Filsafat dalam pendidikan menjadi sandaran atau tolak ukur intelekt dalam membantu pemikiran mereka menghadapi pertarungan filsafat umum yang menguasai dunia pendidikan.Filsafat juga dapat menjadi asas dalam penilaian pendidikan yang mencakup segala usaha dan kegiatan sekolah dan satuan pendidikan.Filsafat neo-positivisme berfungsi untuk membantu guru dalam pendalaman pemikiran pada saat melakukan penyusunan kurikulum, proses pembelajaran dan pendidikan anak muridnya.Penyusunan kurikulum juga disesuaikan dengan aspek spiritual, sosial, ekonomi, budaya dalam berbagai bidang kehidupan, yang bertujuan menciptakan manusia yang sempurna baik lahir maupun batinnya.Neo-positivisme menanamkan dasar untuk ilmu pengetahuan.

C.     Perkembangan Aliran Neo-Positivisme

Aliran neo-positivisme telah dikenal sejak Yunani Kuno, terminologi positivisme dicetuskan oleh salah satu pendiri ilmu sosiologis yaitu Auguste Comte, yang percaya bahwa alam pikiran manusia melalui tiga fase yaitu teologi, metadisik, dan ilmiah pada pertengahan abad ke-19. Positivisme berpangkal pada pandangan Immanuel Kant bahwa manusia tidak dapat mengetahui fakta melalui pengetahuan.Positivisme lahir dari konflik yang terjadi antara pemikir yang mengkontruksikan dunia dari berbagai konsep dan ide dan pemikir yang menitikberatkan pada materi atas ide.
Peserta didik dilatih berpikir reduksionis, yaitu berupaya memahami fenomena alam dan sosial dengan menguraikan bagian-bagian yang sudah dikenali sebelumnya.Ilmu pengetahuan dibagi berbagai kelompok dan dispilin ilmmu, yang membuat pesera didik menjadi berpikir untuk sutau cabang pengetahuan.Kemampuan intelektual peserta didik diasah setajam mungkin tanpa menyeimbangkan dengan kemampuan spiritual.
Positivisme menjelaskan pengetahuan ilmiah berkenaan dengan tiga komponen yaitu: bahasa teoritis, bahasa observational, dan kaidah-kaidah korespondensi. Dalam aliran ini menegaskan hanya bahasa observational yang menyatakan informasi faktual, sedangkan dalam bahasa teoritis pernyataan-pernyataan diterjemahkan kedalam bahasa observational dengan kaidah-kaidah korespondensi.Dalam perkembangannya, positivisme mengalami perubahan sehingga muncullah aliran pemikiran positivisme logis atau disebut juga empirisme logis, empirisme rasional, dan juga neo-positivisme, yang merupakan sebuah filsafat yang berasal dari lingkaran Wina pada tahun 1920-an. Lingkaran wina merupakan kelompok neo-positivisme yang melanjutkan positivisme.




D.    Ciri-ciri Aliran Neo-Positivisme

v  Objektif/bebas nilai: peniliti mengambil jarak melalui fakta-fakta yang teramati terukur, maka pengetahuan kita tersusun dan menjadi cermin dari realitas (korespondensi).
v  Fenomenalisme : Ilmu pengetahuan hanya berbicara tentang realitas berupa impresi-impresi tersebut.
v  Nominalisme : bagi positivisme hanya konsep yang mewakili realitas partikularlah yang nyata.
v  Reduksionisme : realitas direduksi menjadi fakta-fakta yang dapat diamati.
v  Naturalisme : keteraturan peristiwa-peristiwa di alam semesta yang meniadakan penjelasan supranatural
v  Mekanisme : semua gejala dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk menjelaskan mesin-mesin (sistem-sistem mekanis).
































BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
 Neo-positivisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang aktual dan positif.  Kaum neo-positivisme memiliki kesamaan dengan kaum empiris.
Menurut Comte bahwa perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam 3 fase yaitu:
a. Fase Ideologi
b. Fase Metafisika dan
c. Fase Positif

Ciri-ciri Aliran Neo-Positivisme

v  Objektif/bebas nilai: peniliti mengambil jarak melalui fakta-fakta yang teramati terukur, maka pengetahuan kita tersusun dan menjadi cermin dari realitas (korespondensi).
v  Fenomenalisme : Ilmu pengetahuan hanya berbicara tentang realitas berupa impresi-impresi tersebut.
v  Nominalisme : bagi positivisme hanya konsep yang mewakili realitas partikularlah yang nyata.
v  Reduksionisme : realitas direduksi menjadi fakta-fakta yang dapat diamati.
Naturalisme : keteraturan peristiwa-peristiwa di alam semesta yang meniadakan penjelasan supranatural
Mekanisme : semua gejala dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip yang dapat digunakan untuk menjelaskan mesin-mesin (sistem-sistem mekanis).













DAFTAR PUSTAKA


http://niarosdiana79.blogspot.co.id/2014/12/tugas-artikel-filsafat-pendidikan.html
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CCgQFjACahUKEwj5zIexpfbIAhVGE5QKHRPyBKA&url=http%3A%2F%2Fjimmysimamora.blogspot.com%2F2011%2F06%2Fneo-positivisme-dan-perkembangannya.html&usg=AFQjCNFlqbYQ31RoOidvRcrH2bPeF5tfEQ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN OBSERVASI ANAK TUNADAKSA

LAPORAN HASIL OBSERVASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS   (TUNA DAKSA) Mata Kuliah       : Pendidikan Inklusi Dosen               : Dedi Mulia,M.Pd Nama Anggota:                                     Farhana Nursyamsi U              (2227150138)                                     Hanifah Dwi Anggrayni          (2227141486)                 ...

BILANGAN DAN LAMBANGNYA SERTA PEMBELAJARANNYA DI SD

MODUL 2 BILANGAN CACAH Kegiatan Belajar 1 Bilangan dan lambangnya serta pembelajarannya di SD A.     BILANGAN DAN LAMBANGNYA Dalam proses pembelajaran pokok bahasan bilangan dan lambangnya, hendaknya disiapkan media kertas atau bilangan masing – masing bertuliskan lambang bilangan seperti : 1, 10, 100, 1000, 10.000, 100.000. misalnya dalam sub pokok bahasan mengenal bilangan 100.001 – 500.000, langkah – langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut. 1.       Guru menjelaskan ulang nilai tempat yang ditempati oleh angka – angka suatu lambang bilangan yang terdiri dari 5 angka, dengan pertolongan kartu bilangan 1, 10, 100, 1000, 10.000, 100.000. 2.       Mengulang membaca dan menulis lambang bilangan yang terdiri dari 5 angka, misalnya guru menulis di papan tulis beberapa lambing bilangan 5 angka, siswa disuruh menulis nama bilangannya . 3.       Guru menjelaskan bahwa 1...

KEARIFAN LOKAL MITOS NYI RORO KIDUL VERSI BANTEN KIDUL

SEBAGAI SIMBOL KEARIFAN LOKAL : NYI RORO KIDUL VERSI BANTEN KIDUL Indonesia merupakan Negara yang paling kaya dalam segi budaya, Indonesia mempunyai banyak suku, etnis, ras dan bermacam – macam agama tetapi tetap satu jua dalam Bhineka Tunggal Ika. Provinsi Banten memiliki segudang kearifan lokal, baik wisata alam pegunungan, pantai maupun wisata tempat - tempat bersejarah. Di antaranya yang berkaitan dengan peninggalan Kesultanan Banten, seperti Benteng Spelwijk, Mesjid Agung, Banten Lama, Keraton Surosowan, Keraton Kaibon, maupun Vihara Avalokitesvara. Tak kalah menariknya adalah mitos – mitos yang berada di Banten salah satunya adalah mitos Si Ratu Pantai Selatan “Nyi Roro Kidul”.       Masyarakat sunda mengenal legenda mengenai penguasa spiritual kawasan Laut Selatan Jawa Barat yang berwujud perempuan cantik yang disebut Nyi Roro Kidul. Legenda yang berasal dari kerajaan sunda pajajaran berumur lebih tua daripada legenda kerajaan Mataram Islam d...