![]() |
WHY? |
Kenapa?Kenapa?Kenapa? atau Oh iya ya kenapa ga kepikiran seperti itu? Sering saya alami sehari-hari didalam otak saya.
Kenapa dia bisa sedangkan saya paham saja belum? Kenapa sih ini kaya gini?gitu?blablabla...
Karena saya belum banyak mengerti sepenuhnya tentang suatu hal. Nah, disini ada kaitannya dengan Filsafat.
Hati manusia mengandung bermacam-macam keinginan, bermacam-macam dorongan atau motivasi. Dalam pelajaran filsafat ini dorongan yang paling banyak minta perhatian kita ialah "keinginan untuk mengerti". Aristoteles dalam bukunya yang bernama "Metaphysica ", berkata demikian:"Semua orang menurut kodratnya ingin mengerti". Keinginan ini telah kelihatan pada anak sejak kecil, ia berhajat untuk menyelidiki, meraba-raba mencoba-coba, ia heran akan segala yang dlihatnya dan apa saja yang hendak ditanyakannya.Yap sama seperti saya, Segala hal dipertanyakan, dari yang tidak penting pun dipertanyakan.
"Kenapa kok semut jadi banyak ya dirumah?" "Ini terbuat dari apa iya? kok kepikiran ya? siapa ya yang nemuin pertama kali" "Itu cara bikin nya gimana iya?" "Ini kok kaya gini sih?bisaan." Sampe yang kasus Indonesia juga. "Itu Hutan yang di Riau sengaja dibakar?" "Kalo mau dibuat lahan kenapa mesti dibakar?" "Ya lumayan juga kayunya buat kelangsungan hidup, daripada dibakar gada gunanya malah bikin asap yang merusak manusia?" dan lain sebagainya.
Jadi apakah yang kita lihat? Dengan panca indera manusia menerima bermacam-macam pengalaman dan kejadian itu baik di luar maupun didalam dirinya sendiri. Tetapi ia tak puas dengan hanya menetapkan kejadian-kejadian (facts) itu, maka pikiran menyusun, mengatur, menghubungkan, mempersatukan bermacam-macam pengalaman itu dan mencoba mencari keterangannya. Dengan perkataan lain, kita tak hanya mengerti bahwa ' ini adalah demikian', melainkan juga ingin mengerti "Mengapa ini memang demikian adanya". Dan baru dengan demikianlah "mengerti"itu menjadi "pengetahuan".
Komentar
Posting Komentar